Rabu, 05 Desember 2012

KE MALMŐ SWEDIA, MENYEBERANG KE COPENHAGEN DENMARK NAIK FERRY (Seri 2, Minggu I)

Oleh : Manik Priandani, Bontang

Hari Senin tanggal 31 Maret 1997 tiba di Malmo. Saat itu Malmo musim semi. Malamnya harus tidur memakai baju minimal dua lapis. Baju monyet sebagai baju lapis pertama, baju biasa yang agak tebal untuk lapis kedua, kemudian pakai selimut. Kalau masih dingin dirangkepin sweater. Maklum wong ndeso yang datang dari daerah tropis. Harus tidur beneran, walau agak jet lag (merasa agak masuk angin,ngantuk, dan pusing), tetapi dengan tidur yang cukup insyaallah rasa itu akan hilang.  Siap-siap untuk mulai mengikuti pelatihan besok Selasa, 1 April 1997 di kantor AF Energikonsult AB, jalan Stensjogatan no.3 S-219 65 Malmo.

Selasa, 1 April 1997
Pagi hari, panitia penyelenggara berkenalan dan menemui kami di Conference Room Garden Hotel, Baltzar no.1. Setelah perkenalan, kami diajak jalan ke terminal Bus menuju ke kantor AF-Energikonsult Syd AB oleh Manager dan Wakil Manager kantor tersebut yaitu Mr. Bertil Ahlbeck dan Ms. Ǻsa Hagelin. Keduanya sosok yang ramah, bersahabat, dan rendah hati. Ǻsa sangat peduli lingkungan. Saat itu, Gadis lajang yang masih cukup muda ini ke mana-mana naik sepeda pancal. Bahkan ini kendaraan sehari-harinya menuju kantor. Ini tahun 1997 lho!

Terminal bus sekitar 200 meter dari Hotel. Letaknya berlawanan arah dengan alun-alun (Hedmaska Garden) maupun Lilla Torg. Jarak yang kami tempuh ke kantor dengan naik bus ini tidak lebih dari 10 menit. Setelah berkeliling kantor, kami masuk ke ruang pelatihan. Pelatihan dimulai dengan perkenalan dan keterangan kegiatan secara umum. Dan disepakati bahwa pelatihan setiap hari selesai pada sekitar jam 16.30. Sabtu dan Minggu libur (acara bebas), kecuali ada kegiatan bersama-sama yang diselenggarakan oleh panitia.

Malam harinya diselenggarakan Welcome Dinner di restoran Garden Hotel. Acara usai sekitar jam 21.00. Sebagian teman-teman melanjutkannya sampai malam. Kami diundang teman-teman yang berasal dari Amerika Selatan untuk bersalsa ria. Mereka akan siap mengajari. Bagus pastinya. Namun kami merasa terlalu lelah. Kami ijin tidak ikut karena kami ingin tidur terlebih dahulu agar besok dapat mengikuti pelajaran tanpa terkantuk-kantuk. Hehehe...kayak murid yang serius saja. Yang jelas, agaknya acara kumpul-kumpul dilakukan sampai lewat tengah malam, karena di sekitar jam 02.00 pagi terdengar suara ramai dan gaduh di lorong Hotel kami, dan sepertinya ada yang agak sempoyongan karena terlalu banyak meminum minuman selebrasi. Aku semakin menarik selimut sampai ke kepala.

Rabu, 2 April 1997
Hari itu kami sudah mendapat jatah tiket bus kota menuju kantor dari Hotel Garden ke kantor AF-Energikonsult Syd AB pulang pergi. Tiket bulanan ini berupa kartu yang bertuliskan Lanstrafiken Malmohus berwarna dasar ungu. Rasnya kembali menjadi mahasiswa lagi.
Di depan kantor AF-Energikonsult Syd AB, Swedia

Presentasi tentang Indonesia dan Perusahaan





Kegiatan hari itu selain mendengarkan pelajaran pendahuluan maupun beberapa proyek tentang Konservasi Energi di Nicaragua dan Uruguay oleh AF, selain itu memaparkan pekerjaan keseharian kami dan memperkenalkan Perusahaan kami masing-masing. Oh ya, kami ber-28 orang, seharusnya 30 orang, namun dua orang masing-masing dari Tanzania dan Palestina tidak jadi datang. 28 orang itu 1 orang dari Philipina, Vietnam, Nepal, Palestina, Afrika Selatan, Venezuela, Zimbabwe, Tunisia, Kenya, Jordania, Zambia, Honduras, sedangkan 2 orang masing-masing dari Indonesia (aku dan Yani), Thailand, Mongolia, Mesir, dan 3 orang dari Brazil, Cuba, dan Srilangka. Ramai dan seru!
Yuk foto bareng


Selama hampir 1 bulan harus berbahasa Inggris di antara kami, agaknya membuat kami-kami ”lelah”, sehingga secara alamiah dengan berjalannya waktu, tak terasa terbentuk tiga kelompok pengguna bahasa “ibu” yang sering berkomunikasi dengan bahasa mereka masing-masing. Kelompok pertama adalah kelompok dari Timur Tengah (jelas mereka memakai bahasa Arab), dari negara : Palestina, Tunisia, Mesir, dan Jordania. Kelompok kedua pengguna bahasa Portugis / Spanyol : Brazil, Venezuela, Honduras, Philipina, dan Cuba. Sedangkan kelompok ketiga yang kemudian terpecah juga menjadi dua lagi : Asia (Indonesia, Thailand, Vietnam, Nepal, Srilangka dan Mongolia) dan Afrika (Kenya, Zambia, Zimbabwe, dan Afrika Selatan). Kelompok ketiga ini konsisten memakai bahasa Inggris dan bahasa tubuh (hahaha...). Karena bahasa ”ibu” kami masing-masing berbeda namun ada satu kesamaan : sikap ramah tamah dan peduli. Namun sebenarnya kami trainee kompak semua. Selain dengan Yani, aku dekat  dengan Udomphan dari Thailand, dan juga Maximo dari Honduras, sedangkan teman yang paling seru dan suka guyon yaitu Alberto dari Cuba. Dia selalu membuat semua tertawa, baik trainee maupun trainer-nya.

Usai pelatihan kami berbareng pulang satu bus, namun masing-masing berhenti di tempat yang mereka inginkan. Aku dan Yani pengen mengambil uang dulu dan menukarkan traveller check kami dengan uang Krona, sekalian jalan-jalan di sekitar Bank. Kawasan ini sudah tidak jauh dari Hotel. Kami dapat berjalan kaki. Sambil menuju ke Hotel, kami melewati toko-toko souvenir dan lukisan, dan tak lupa melewati Lilla Torg dan lurus ke Alun-alun. Melewati Lilla Torg menjadi kegiatan kami hampir setiap hari. Sayangnya, aku hanya membawa kamera ”sekedarnya” dan tidak begitu piawai memotret. Pemandangan dan sudut-sudut indah di sekitar ini luput dari jepretan saya. Terus terang saat itu masih ”kuper” walau sebenarnya sudah ada dorongan untuk selalu ingin mem-foto setiap sudut yang menarik. Hasilnya...tidak ada foto yang bagus dan tidak ada foto tanpa ada yang ”nempel” di situ alias selalu ada foto diri yang super duper narsis.

Di Hedmaska Garden, saat itu aku bertemu dengan seorang gadis cantik berwajah oriental yang berjalan dan berfoto-foto sendirian. Namanya Kay Lin, berasal dari Taiwan. Dan saat itu sedang jalan-jalan ke Malmo (dari Inggris) mengisi liburan musim semi. Dia kuliah di Oxford University, England, UK. “Aku senang bertemu dengan orang Indonesia di sini”, katanya. Akhirnya kita bergantian saling foto. Alhamdulillah, tambah kenalan baru dan tambah saudara.
Kay Lin, gadis Taiwan yang cantik

Lilla Torg
Lilla Torg ini semacam ruang terbuka yang biasanya digunakan untuk pasar. Lilla Torg dibangun pada tahun 1592, dikelilingi oleh bangunan-bangunan tua yang rata-rata dibangun pada abad 16.
Setiap hari sabtu, hari libur ataupun saat matahari bersinar cerah (Sunny Day), Lilla torg akan berubah menjadi Open Air Market, atau pasar kaget. Yang dijual macam-macam, tapi kebanyakan adalah souvenir-souvenir antic karya seni. Artinya banyak sekali souvenir yang dijual tidak umum seperti anting dari tuts keyboard, atau gantungan kunci dari komponen elektronik bekas, atau patung yang disusun dari onderdil motor, aneh-aneh pokoknya.Yang rutin saya beli di sini adalah juice jeruk dan apel, dan juga kartu telpon (telpon kort). Boneka Pippy, boneka gadis cilik pirang berponi, berambut panjang berkepang dua, berpipi bintik-bintik, dan ber-rok kotak-kotak biru merah ini aku beli di di sini sebagai oleh-oleh untuk anakku yang saat itu masih belum genap berumur 1 tahun.
Lilla Torg
Hedmaska Garden
Oh ya tidak jauh dari Lilla Torg terdapat sebuah taman yang bernama Hedmaska Garden. Menurutku ini seperti Alun-alunnya Malmo. Ditempat ini di tanggal 1 Mei 1997 bersamaan dengan hari Buruh Internasional, ada keramian yang tadinya aku kira karnaval, kiranya selain ada peringatan hari Buruh juga dilakukan demo secara damai oleh Anggota Partai Buruh di sana. Mereka berbaris rapi, dan seperti sepakat untuk melakukan demo bisu, karena mereka kidmat berjalan beriringan, dan memutari patung raja berkuda dan kembali ke arah semula (tidak lurus ke Pelabuhan).

City Hall (Rathaus)
Terletak di kawasan alun-alun . Bangunan ini bergaya Dutch Renaissance dan dibangun pada tahun 1546.

Kamis, 3 April 1997
Hari itu Ultah Ibuku. Pagi-pagi tidak sempat menelpon beliau. Setelah masuk kelas dan mempelajari Audit Energi dan Pengukuran dan Kalibrasi Instrumentasi, kami kebagian untuk presentasi mengenai Indonesia dan Perusahaan kami. Sorenya sekitar jam 17.00 aku sempatkan menelpon Ibu ( di Semarang jam 22.00) untuk mengucapkan selamat ulang tahun (ehm…dari Swedia), dan juga mengirim kartu post ke nenekku. Kemudian jam 18.00, kami ada janjian ke World Maritime University, Malmo dengan berjalan kaki dari Hotel. Universitas ini lumayan dekat dengan Hotel kami. Jarak tempuhnya tak lebih dari 750 meter dari Hotel. Kami menjadi mahasiswa tamu di Universitas ini dan disambut oleh Mr. Jan Horch dari WMU.


Bersama teman-teman...berjalan kaki.


Di auditorium sudah menunggu 3 orang mahasiswa Indonesia yang kuliah di MTU dan menyapa ramah kami. Langsung kami jadi akrab. Pratomo dari Pertamina, Nahduddin dari Kementerian Negara dan Faisal (?) dari PT Pelabuhan I. Keakraban di antara kami sempat ditanyakan oleh Asa, apakah kami berteman sebelumnya. ”Tidak, teman yang baru kenal di sini”, jawabku. Lho kok bisa akrab?. Tanya Ǻsa lagi. ”Begitulah, semangat persaudaraan kami tinggi, apalagi di negara orang”. Selanjutnya Ǻsa tidak bingung lagi saat aku bertemu dengan orang Indonesia dan kemudian saling menyapa bahkan berakrab-akrab ria. 

MTU dibangun tahun 1983 dengan mahasiswa sebanyak 3000 yang berasal dari berbagai negara. Pelajaran di sini meliputi segala hal tentang ke-maritim-an, mulai dari kapalnya sampai lautnya. Universitas ini merupakan salah satu badan bentukkan IMO (International Maritime Organization) yang merupakan salah satu Badan resmi PBB. Beberapa mahasiswa berasal dari negara-negara berkembang dan dunia ketiga diperkenalkan sebagai mahasiswa-mahasiwa terpandai di Fakultasnya. Jadi kepengen kuliah lagi nih (alhamdulillah, terwujud di tahun 1999, walau ”hanya” di dalam negeri).

Oh iya, ruang kampus atau auditorium besar MTU berjendela lebar. Sore itu langit masih terlihat terang benderang, bahkan jam 21.00-pu langit masih terlihat cerah ceria. Awan dan semburat sinar matahari yang berwarna oranye terlihat jelas dari jendela. Senang juga kalau kuliah dengan suasana seperti ini. Kuliah sampai malampun tidak terasa. Yang terasa hanya kok tiba-tiba mata berat dan ngantuk.

Jum’at, 4 April 1997
Kuliah sampai sore mengenai Pembakaran dan Efisiensi Boiler. Pulang tetap jam 16.30. Sorenya kami mencoba berkeliling ke pertokoan di kota Malmo. Kiranya pertokoan di Malmo sudah tutup di sore hari. Jam 17.00 pintu-pintu toko benar-benar sudah terkunci. Jadinya kami jalan-jalan ke Lilli Torg dan alun-alun...lagi! Dijemput Pratomo Cs dan diajak ke rumah Mbak Sri. Di sana sudah disiapin soup kepala ikan dan sudah menunggu teman-teman yang lain dari Indonesia maupun orang Swedia keturunan Indonesia. Terharu dan trenyuh juga. Info dari Mbak Sri, bahwa persaudaraan orang-orang Indonesia memang erat di Malmo ini, bahkan di Swedia dan Norwegia.

Di Apartemen Mbak Sri (duduk dekat jendela)

Berkumpul...ceria semua.


Sabtu, 5 April 1997
Hari ini bebas. Kami terpikir untuk ke Copenhagen. Pelabuhan penyeberangan atau pelabuhan ferry juga cukup dekat dari Hotel. Kami melintasi patung Raja Berkuda dan kemudian lurus ke arah barat, melewati beberapa gedung dan sampailah di pelabuhan ini. Lagi-lagi tidak sampai 750 meter dari Hotel. Dari alun-alun kawasan pelabuhan ini juga terlihat.

Kami naik ferry yang cepat sekali penuh itu dengan membayar sekitar SEK 80. Kami melintasi Danau Oresund (dan laut Baltik) menuju ke Kopenhagen. Diperlukan waktu sekitar 45 menit untuk sampai di Kopenhagen. Dari arah Malmo, kota Kopenhagen terlihat megah. Dari jauh terlihat gedung-gedung tinggi, dan lagi-lagi berbata merah. Terlihat juga gudang-gudang pelabuhan. Patung Putri Duyung atau The Little Mermaid atau Den Lille Havrue terlihat sebagai seseorang yang sedang melamun di pinggir pantai Copenhagen.
Kartu pos bergambar Patung Den Lille Havrue


Kami turun di pelabuhan ferry Copenhagen (jelas dong). Dan pelabuhan Copenhagen juga terletak di sini. Terlihat banyak container-container yang menumpuk di Pelabuhan. Pelabuhan ini tidak begitu ramai. Menurutku malah terlihat sepi. Kami sempat menanyakan ke seseorang, bagaimana caranya ke pusat kota Kopenhagen. Dijawab, tidak perlu naik apa-apa, dan silahkan jalan kaki saja ke kiri, kemudian ke kanan, dan lurus. Sekian blok dari situ akan sampai di pusat kota. Tadinya kami ingin naik alat transportasi umum, tetapi akhirnya kami putuskan berjalan kaki saja karena kami sore harus langsung balik ek Malmo. Pokoknya tergantung seberapa jauh dan seberapa kuat kaki ini melangkah.

Kami berjalan ke arah kiri, kemudian melewati gedung-gedung kuno yang megah. Kami sempat foto-foto di situ, dan kelihatannya kameraku ada masalah. Film-nya tidak bisa mutar setiap di-klik. Ya Allah, bagaimana ini.  Yang penting jalan-jalan saja deh. Kami terus berjalan (agak gundah juga, karena kemara ngadat). Kami masuk kawasan bekas tempat tinggal HC Andersen, dan konon jalan atau gang itu pernah ditinggali HC Andersen. Gang atau jalan yang relatif sempit tersebut cukup ramai dan didatangi oleh para pelancong dalam maupun luar negeri. Banyak toko-toko souvenir dan boneka yang lucu. Aku tertarik membeli manekin yang berbaju ala jaman dulu dengan kawat melingkar di pinggangnya. Boneka ladys ini berwarna hijau bergaris-garis putih..Terlihat sangat anggun.
Di lorong Pelabuhan Kobenhaven (Kopenhagen) Denmark
Kaki terus melangkah, dan sampailah kami di pusat keramaian Copenhagen. Terlihat gereja yang megah, dan banyak orang berfoto-foto didepannya. Aku ikut-ikutan foto di situ. Di depan gereja, terlihat bundaran air mancur, dan ada beberapa orang duduk-duduk di tembok  pinggirnya. Asyik juga. Ikut ah. Sambil berbincang-bincang dengan orang yang ada di situ, kami melihat ada tour information di depan sana. Kami ambil brosur saja, karena petugasnya sedang sibuk. Lokasi kerajaan cukup dekat dari tempat kami, tetapi temanku tidak tertarik. Kami memilihTaman Bermain Tivoli yang letaknya di sekitaran bundaran ini. Letak taman Tivoli ada di depan Stasiun Kereta Api Pusat Kopenhagen (Københavns Hovedbanegård) yang terlihat tradisional beratap kayu. Di Taman Bermain Tivoli banyak mainan seperti di Dufan Jakarta. Ada istana boneka, ada permnainan semacam ontang-anting,  roller coaster, dsb-nya. Akhirnya kami naik ke wahana-wahana tersebut dengan niat melepas lelah (dan istirahat karena terus-terusan berjalan kaki) dan bergembira seperti anak-anak lagi...horee....!!!. Sebagai tanda bahwa kami pernah mampir ke Copenhagen, aku membeli gelas mungil  murah meriah yang banyak dijual di Taman Tivoli sebagai souvenir.
Pelabuhan Kopenhagen (diambil dari blog foto)


Hari itu kami habiskan dengan memutari kawasan kota lama Copenhagen yang khas Eropa banget : ada gereja, gedung pemerintahan, bank, stasiun kereta api, taman hiburan dan pelabuhan. (Persis daerah Mberok, Kota Lama Semarang). Dan tatanan ini juga kamo temui (selain di Malmo), juga di Goteborg, Stockholm, maupun Oslo. Mungkin ini tatanan seragam gaya Renaissance.

Kami balik kembali ke Pelabuhan sekitar jam 16.00, sampai di Malmo sekitar jam 17.00.

Note : Terus terang di Copenhagen ini kami seperti orang hilang saja, karena keterbatasan waktu dan tanpa banyak persiapan ke sini. Lagian kameraku ngadat. Ada keinginan untuk balik ke sini lagi (selama di Swedia) kalau memungkinkan. Namun karena sesuatu sebab, keinginan ini tidak jadi terlaksana.

Minggu, 6 April 1997
Hari Minggu tersebut disediakan bus khusus oleh panitia untuk kami Tour keliling provinsi Skane. Kota yang termasuk provinsi Skane adalah Malmo dan Lund. Perjalanan bus pertama kali melewati kanal yang airnya bersih dari kotoran dan sampah, kemudian ke keramaian kota dan pasar Malmo.

Malmo Canal
Saking bersihnya sungai dari limbah, di atas permukaan kanal terlihat sepeda yang nyemplung ke dalamnya. Di Norra Vallgatan kita dapat naik boat menyusuri Malmo Canal. Selanjutnya kami menuju ke ke kawasan Perjalanan menaiki boat tersebut memerlukan waktu kurang lebih 45 menit ini, dan akan ditemani guide. Jadi ingat sungai Banjir Kanal Barat yang terletak di dekar rumahku di Semarang. Hanya bedanya sungai BanjirKanal Barat berwarna seperti susu coklat, kalau di sini mirip air sumur.

Teknologi pengolahan air dan limbah sudah sangat maju di Swedia. Mereka sudah lama memisahkan sampah dalam tiga wadah yang berbeda untuk sampah organik, anorganik, dan limbah lain. Air kran bisa diminum. Air yang kita pakai mandi (mengandung deterjen) akan disalurkan ke tempat khusus, kemudian diolah kembali menjadi air yang dapat dipakai kembali atau diminum. Diinfokan bahwa pencemaran tanah, air, dan laut telah diusahakan sekecil mungkin di negeri ini. Konon saat ini Malmo termasuk 5 kota terbersih di dunia.

Kemudian kami diajak ke suatu bangunan megah (sampai saat ini aku tidak ingat ini gedung apa ya?) yang dikelilingi pohon-pohon besar. Saat itu turun salju, dan butiran salju putih jatuh memenuhi sekitaran halaman gedung. Berhubung kami semua berasal dari daerah yang jarang ada salju, maka secara spontan terjadilah aksi saling lempar bola salju. Dimulai oleh Rafiq, teman kami dari Palestina yang melempar temannya dengan gaya lemparan intifadah, yang lainnya jadi ikutan melempar. Jadinya saling lempar. Seru, sekaligus kekanak-kanakan.  Tidak apa-apa, untuk menghilangkan rasa dingin yang menusuk saat itu.


Kemudian perjalanan dilanjutkan keluar kota menuju kota Lund yang terlihat sebagai kota kecil yang damai dan asri. Ada bangunan universitas yang megah yaitu Lund University, Jalanan sepanjang Malmo dan Lund lebar dan sepi, Kendaraan tidak sepadat di Jawa.

Setelah mengeliling kawasan Skane yang asri, akhirnya kami kembali ke Malmo dan diturunkan di tempat yang kami inginkan.


Note : Huruf vocal di Swedia ditulis dengan bantuan titik dua, koma, bulatan dsb-nya. Malmo seharusnya ditulis Malmö. Asa ditulis Ǻsa, dsb-nya. Tambahan tanda di atas seperti itu menekankan bahwa huruf tersebut dibaca penuh, agak panjang dan dalam.
(to be continued to part 3)

Semua ceritaku ini aku tulis kembali setelah membongkar tiga map besar yang berisi jadwal dan makalah seminar maupun buku catatanku yang terdapat coretan-coretan perihal kegiatanku selama di sana.

Bontang, 07 Agustus 2011.

KE MALMO SWEDIA, SEBELUM ADA TURNING TORSO DAN ORESUND BRIDGE (Seri 1)

Oleh : Manik Priandani, Bontang

Kejadian bak cowboy yang dilakukan oleh seorang remaja di salah satu negeri Skandinavia yaitu Norwegia baru-baru ini, tepatnya Oslo mengingatkanku kembali akan negeri-negeri Skandinavia yang tenang, aman, dan indah seperti Norwegia, Swedia, Denmark, dan Finlandia . Ketenaran dan cerita tentang Turning Torso (Gedung Terpuntir) dan Oresund Bridge (jembatan penghubung Malmo – Kopenhagen) juga mengingatkanku dengan kota Malmo, kota “tempat tinggal”-ku selama sebulan pada empat belas (14) tahun lalu.

Aku berada di Malmo dari tanggal 01 April s/d 02 Mei 1997 untuk mengikuti Pelatihan Konservasi Energy pada Industri yang diselenggarakan oleh Pemerintah Swedia. Pelatihan tersebut ditujukan bagi calon manager dan engineer dari negara-negara berkembang.

Segera setelah aku dan temanku (Yani) terpilih mengikuti program tersebut, kami meng-arrage perjalanan menuju ke sana. Dari informasi yang disampaikan ke kami, bahwa Malmo adalah bagian Negara Swedia yang indah. Letaknya berdekatan dengan Kobenhavn atau Copenhagen, Denmark.

Kami berangkat dari Jakarta pada hari Minggu malam, tanggal 30 Maret 1997 dengan naik pesawat KLM ((Koninklijke Luchtvaart Maatschappij) Belanda. Pesawat transit sebentar di sebuah kota di Afrika (aku lupa kotanya karena kami tidak sempat turun dan saat itu tengah malam), dilanjutkan ke Amsterdam. Di Bandara Schiphol  Amsterdam kami pindah pesawat, kemudian dilanjutkan menuju Stockholm.

Dalam perjalanan dari Amsterdam ke Stcokholm, kami disuguhi snack yang sangat enak yaitu coklat asli yang mmmhhh...sedap... Ini dia, pas banget buatku. Sampai aku simpan satu potong untuk kumakan nanti kalau sampai di Stockholm. Dan saat pesawat kami berada di atas negeri Skandinavia ini, aku terkagum-kagum dengan pemandangan negeri Swedia dari atas angkasa. Terlihat sungai-sungai dan danau-danau biru bertebaran menghiasi bumi Swedia dan dikelilingi oleh pepohonan hijau di bawah sana. Banyak sekali “lubang-lubang” air berwarna biru di sana. Wow seperti ini to Swedia. Negeri penuh danau dan fjord. Indah sekaligus mendebarkan.

Mendaratlah kami di Bandara Arlanda, Stockholm. Awalnya kami mengira akan dijemput oleh panitia penyelenggara, namun tidak terlihat seorangpun yang menjemput kami. Akhirnya kami membeli tiket sendiri untuk penerbangan ke Malmo.
                                      Mejeng di Arlanda, Stockholm sebelum terbang ke Malmo.

                                      
Maskapai penerbangan lokal dari Stockholm menuju Malmo terlihat cukup banyak. Counter penjualan tiketnya juga dekat dengan ruang kedatangan. Kelihatannya Malmo merupakan tempat favorit di sana. Daripada berlama-lama di Stockholm tanpa kenal siapapun, akhirnya kami naik pesawat local yang berangkat  kurang dari 1 jam kemudian. Di sinilah uang Krona (Swedish Crowns / SEK) kami sudah berfungsi (Untungnya aku sempat menukarkan sedikit uang dari Rupiah ke Krona di money changer di daerah Gunung Agung Cut Mutia Jakarta). Kartu Amex-ku belum berani aku pakai. Maklum masih demam panggung pergi ke Eropa pertama kalinya (walau sudah aku pakai saat ke Amrik dua tahun lalu). Tiket ke Malmo seharga USD 130 atau 80 poundsterling atau =130 x 7.20 krona = 936 Krona. Karena 1 USD = SEK 7.20. Kalau dirupiahkan waktu itu 1 USD = Rp. 2.600,- (sebelum krisis, dan Pak Suharto masih menjabat sebagai Presiden); 130 x Rp. 2.600,- = Rp. 338.000,-. Sedangkan bila turun di Copenhagen (pastinya tiket lebih murah dibandingkan turun di Stockholm), kami hanya perlu menyediakan uang sebanyak 100 SEK = 14 USD = Rp. 36.000,- saja untuk naik bus dan ferry menuju Malmo. Wow harga tiket pesawat Stockholm – Malmo dibandingkan naik ferry dari Kopenhagen – Malmo berbanding 10 kali. Sayang banget sebenarnya.

Kami baru “ngeh” setelah melihat di peta letak Malmo terhadap Stockholm, sebenarnya kami lebih dekat terbang ke Kopenhagen, Denmark, baru kemudian menyeberang ke Malmo; tidak ke Stockholm dulu. Padahal dalam surat yang dikirim oleh panitia, sudah disebutkan sebaiknya kami mendarat di Bandara Kastrup, Copenhagen saja. Namun dengan pertimbangan visa masuk kami adalah ke Negara Swedia bukan ke Denmark, jadinya kami ke Stockholm. Walau memang terkesan bolak-balik, tidak efisien. Konyolnya, kami sudah terlanjur beli tiket pulang dengan route yang sama, hanya kebalikkannya :  Malmo – Stockholm – Amsterdam – Jakarta. Tidak hemat di waktu maupun biaya. Walau kami baru saja menerima pelatihan tentang Konservasi Energy….hehehe.

Penerbangan Stockholm ke Malmo memerlukan waktu sekitar 1 jam. Kami naik maskapai penerbangan local SAS (Scandinavian Airlines System). Sampailah kami di Bandara Malmo pada hari Senin, 31 Maret 1997 berbareng dengan rombongan anak-anak yang kelihatannya sedang berlibur ke Malmo. Mereka membawa peralatan sky yang dibungkus seperti peralatan golf. Kelihatannya ada juga yang akan bergolf ria di Malmo. Setelah mengambil bagasi kami langsung menuju taxi yang ada di Bandara. Kami menuju ke alamat yang telah disebutkan oleh panitia penyelenggara yaitu ke Garden Hotel di jalan Baltzarsgatan 20, Malmo. Kiranya Hotel ini cukup terkenal di kalangan sopir taxi. Karena taxi langsung saja tancap gas dan sampai persis di depan Hotel.


Malmo, Senin, 31 Maret 1997
Sampailah di kota Malmo di pagi hari sekitar jam 10 pagi. Kami sempatkan untuk meluruskan badan dan melepas lelah di kamar hotel yang didesain klasik (seperti rumah-rumah orang Eropa pada umumnya) dengan memandang taman atap yang terlihat dari jendela kamar. Sore harinya, saya menerima telpon dari Mbak Sri, seorang Indonesia yang berasal dari Riau dan bersuamikan orang Swedia, yang mendapat info ada tamu dari Indonesia (dari Kedubes Indonesia) di Malmo. Sebenarnya ini telepon kejutan. Aku tidak mengira sama sekali. Lha wong rasanya nggak punya saudara atau kenalan di Malmo ini.

                          Ruang sarapan pagi dan kamar First Garden Hotel (diambil dari internet)

Mbak Sri langsung menyapa di telpon dengan ramah, bahkan dengan penuh kekeluargaan “mengirim” suaminya menjemput kami ke Hotel dan mengajak kami bertandang ke rumah Mbak Sri dengan berjalan kaki dari Hotel. Alhamdulillah, demikian baik dan eratnya persaudaraan antar Bangsa Indonesia ini. Semuanya merasa satu keluarga, satu saudara. Selanjutnya, selama di Malmo, keluarga Mbak Sri dan teman-teman yang ada di sana (yang sekolah, bekerja, dsb-nya) sangat perhatian ke kami.

                                                                  Alun-Alun Malmo

                                           Patung Kuda dan Pangeran di Hedmaska Garden

Garden Hotel, Malmo
Hotel kami ini benar-benar di pusat kota, bahkan mungkin km-0-nya kota Malmo. Dekat sekali dengan alun-alun kota (disebut Hedmaska Garden) dan Lilla Torg. Berjalan kaki hanya 5 menit ke sana. Jalan di depan Hotel beraspal sangat hitam dan sebagian berpaving (block). Gedung-gedung sekitarnya adalah gedung-gedung bata merah yang elok. Garden Hotel terletak berdempetan dengan toko-toko, jadi mirip apartemen. Andai tidak ditulisi Garden Hotel banyak orang yang mengira bahwa ini adalah ruko besar. Aku masuk ke Hotel dengan harapan ada bell boy yang membantu membawakan koperku. Aku tengak-tengok berkeliling, yang terlihat hanya seorang resepsionis Hotel : seorang pria setengah baya (bahkan terlihat sudah “sepuh”) melihat kami dan mengangguk dengan wajah datar. Dia tahu kami adalah peserta pelatihan dari nama yang kami sebutkan. Setelah urusan administrasi singkat kami lakukan, langsung resepsionis tersebut keluar dari meja resepsionis dan mengantar / menunjukkan di mana kamar kami. Wow, efisien sekali di sini. Pegawai Hotel hanya satu, merangkap resepsionis, bell boy, ds-nya.

                                                                            Lilla Torg

Sesuai dengan namanya, Hotel ini didesain seperti taman. Terdiri dari 3 lantai dan memiliki kamar yang cukup banyak. Bangunan bertingkat berbentuk persegi dan di atap Hotel dibuat taman bahkan ditanami pohon. Tanaman indah tumbuh sampai atap lantai paling atas. Taman ini di hari kedua menjadi tempat berfoto dan ber-narsis ria para trainee di atas salju yang waktu itu jatuh menggunung di sini (walau saat itu sudah masuk musim semi). Saat itu, kami ber-28 orang sudah mulai akrab satu dengan yang lain.

Bagaimana kabar Hotel Garden yang saya inapi dulu itu? Dari internet terbaca bahwa kini nama Hotel Garden ditambahi dengan kata “First” di depannya menjadi First Garden Hotel, karena di dekatnya berdiri juga Grand Hotel Garden yang mungkin menjadi Hotel generasi berikutnya.


Malmo, Kota Cantik Bersebelahan dengan Kobenhavn, Denmark

Malmo adalah kota terbesar ketiga di Swedia. Terletak di bagian paling selatan Swedia dengan koordinat 13°00' Bujur Timur and 55°35' Lintang Utara. Malmo berbatasan langsung dengan Denmark yang terpisahkan oleh selat Oresund dan laut Baltik. Banyak orang yang datang ke Swedia lewat Malmo. Karena ibukota Swedia, Stockholm, berada di Swedia Utara. Jadi jika kita akan ke Swedia Selatan atau ke Malmo ini memang lebih baik naik pesawat turun Copenhagen-Denmark, kemudian ke Swedia-nya naik ferry (sekarang sudah ada jembatan Oresund). Jauh lebih dekat. Sayangnya kami berdua tidak mencari informasi sebelumnya, jadi bolak-balik deh. Malmo sebuah kotamadya dari provinsi Skane dan merupakan salah satu kota Industri di Swedia. Jadi sangatlah tepat bila pelatihan kami diselenggarakan di kota ini.

Malmo didirikan pada tahun 1275, dan berasal dari kata Malmhaug yang artinya Gravel Pile atau Gundukan Kerikil (benar terlihat seperti itu saat aku memandang ke selat Oresund yang penuh dengan pasir putih di pantainya). Konon selat ini bisa dilewati oleh kendaraan pada saat musim dingin karena membeku menjadi es. Lalu aku teringat cerita yang berjudul Si Kaus Tangan Biru (karangan HC Andersen). Mungkin HC Andersen terinspirasi ketika melihat selat ini.

Di abad 15, Malmo adalah salah satu kota besar Denmark, bukan milik Swedia. Namun pada abad 17, Malmo menjadi bagian dari Swedia. Di bawah pemerintahan Swedia, Malmo semakin maju sebagai kota industri sejak dibangun jalur rel kereta pada tahun 1850-1870. Setelah itu dibangun pabrik-pabrik dan galangan kapal yang menyerap tenaga kerja sangat banyak waktu itu. Populasi penduduk juga meningkat, hingga tahun 1971 mencapai 265.000 jiwa. Jumlah ini hampir tidak bertambah hingga saat kami di sana.

Malmo dan sebagian kota-kota di selatan Swedia mempunyai iklim Oceanic yaitu sejenis iklim yang lazimnya dialami daerah di sepanjang pantai barat pada garis lintang pertengahan di semua belahan benua di dunia, misalnya di tenggara Australia. Iklim ini ciri-cirinya adalah daerah tersebut mengalami rata-rata suhu tahunan yang lebih sempit dibanding tempat-tempat lain pada garis lintang yang sama dan tidak mengalami musim panas yang sangat kering seperti yang dialami oleh iklim Mediterania. Biasanya siangnya bisa sampai mencapai 17 jam pada pertengahan summer dan hanya 7 jam pada pertengahan winter. Suhu terpanas cuma 22 °C (summer) dan suhu terendah bisa mencapai -10°C (winter).

Nah pada saat kami di sana persis musim semi. Kami mendapat informasi di musim semi ini temperatur berkisar antara 5 - 15C. Pada waktu malam, udara cukup dingin. Dan sehari-harinya akan sering turun hujan dan berangin. Jadi kami disarankan untuk membawa baju hangat, sepatu dengan sole tebal, dan pullover yang tebal. Namanya juga baru kali ini harus mencari baju hangat, kami di Jakarta sempat mencari di Pasar Raya. Ketemunya hanya warna merah pakai kerah rumbai-rumbai (kayak yang dipakai artis-artis Hongkong...hehehe). Jadi aku dan Yani kompak pakai warna merah. Kelihatan kayak anak dari panti asuhan atau anak kembar lain ayah lain ibu.

Di musim semi ini, sinar merah matahari masih juga terlihat walau jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Kemudian warna merah langsung menghilang di tengah malam, dan tidak berapa lama muncul lagi. Terus terang, saya agak kebingungan saat harus menentukan masuknya waktu sholat Maghrib, Isya’, dan Subuh.

Arsitektur Kota Malmo
Meskipun Malmo merupakan kota Industri, tetapi pemerintah Malmo juga sangat menjaga bangunan tuanya. Biasanya bangunan baru yang modern berada di blok baru yaitu Vastra Hammen, sebelah barat pelabuhan Malmo, yang merupakan perluasan kota, sedangkan yang tua, masih berada ditengah kota dan dipertahankan sebagai ikon kota.


                                                                     Malmo City Hall

Arsitektur tua di Malmo biasanya tipikal Scanian akan tetapi pengaruh arsitektur Denmark sangat kuat. Arsitektur modern di Malmo juga cukup maju. Saat itu belum ada bangunan modern Turning Torso, bangunan tinggi terpuntir itu. Maklum Turning Torso baru selesai pada tanggal 27 Agustus 2005 dan jembatan Oresund sedang dalam masa konstruksi. 
Konstruksi jembatan Oresund dimulai pada tahun 1995 dan selesai pada tanggal 14 Agustus 1999. Sementara aku hanya berada di sana selama April 1997! (to be continued to part 2).

Note : Mohon maaf foto-fotonya bluur...biasa...nggak pernah serius belajar memfoto....jadi saat ini yang penting ceritanya. Karena banyak koleksi foto yang saat ini entah ke mana, jadi foto tentang (First) Garden Hotel-nya diambil dari internet. Suasana dan bentuk Hotel tidak jauh berbeda pada saat aku menginap di sana.

Bontang, 06 Agustus 2011 (mengingat-ingat kejadian 14 tahun lalu)

PROLOG

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.,
Salam Sejahtera bagi kita semua,

BLOG MANIK PRIANDANI (MP) berisi cerita perjalanan Manik Priandani. Isinya adalah semua tulisan perjalanan yang pernah MANIK PRIANDANI tulis dalam Blog Multiply dengan alamat  semula : kampoengmanik.multiply.com yang dengan sangat menyesal harus boyongan pindah, maupun tulisan lain tentang perjalanan per bulan Desember 2012 ini.

Selamat menikmati blog hasil tulis menulis Manik Priandani (MP). Blog lain dari Manik Priandani MP di blogspot ini adalah ILMU MANIK; SAJAK MANIK, dan KampoengManik.

Menulis semacam Safety Devices bagi kehidupan MP. Silahkan dinikmati, silahkan dikomentari, tetapi jangan dikutip (baik tulisan maupun foto) tanpa mencantumkan sumber Blog ini. Terima kasih.

Wassalamu'alaikum. Wr. Wb.
MANIK PRIANDANI